Jakarta, CNBC Indonesia – Tiga personel keamanan, termasuk wakil kantor polisi, tewas dalam “serangan teroris” di Iran, seperti dilaporkan media pemerintah pada Kamis (4/4/2024) waktu setempat.

“Tiga anggota keamanan menjadi martir dalam beberapa serangan teroris malam hari terhadap stasiun militer di kota Rask dan Chabahar di tenggara provinsi Sistan-Baluchistan,” kata Alireza Marhamati, wakil gubernur provinsi tersebut, kepada TV pemerintah, seperti dikutip AFP.

“Dalam salah satu serangan terhadap kantor polisi nomor 11 kota Chabahar, wakil kantor polisi Abbas Mir menjadi martir,” kata lembaga penyiaran negara IRIB, menambahkan ada sejumlah penyerang yang juga tewas atau terluka.

Dikatakan juga bahwa kelompok jihadis Jaish al-Adl, yang dibentuk pada 2012 dan dimasukkan dalam daftar hitam oleh Iran sebagai kelompok teroris, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Serangan itu terjadi kurang dari 48 jam setelah serangan udara terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi, yang dua di antaranya berstatus jenderal.

“Para teroris tidak berhasil mencapai tujuan mereka untuk merebut markas besar Garda Revolusi di Chabahar dan Rask dan mereka dikepung,” kata Wakil Menteri Dalam Negeri Majid Mirahmadi kepada TV pemerintah.

“Para teroris ditempatkan di sekitar markas besar ini dan menembak secara membabi buta, sementara anggota Garda dan polisi yang berani menghadang mereka,” tambahnya.

Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), yang merupakan sayap ideologis militer Iran, memiliki banyak pos di provinsi Sistan-Baluchistan, yang berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan.

Provinsi ini selama bertahun-tahun menghadapi kerusuhan yang melibatkan geng penyelundup narkoba, pemberontak dari minoritas Baluchi, dan ekstremis Muslim Sunni.

Pada Desember, 11 petugas di markas polisi di Rask tewas dalam salah satu serangan paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada Juli lalu, dua polisi dan empat penyerang tewas dalam serangan lain terhadap kantor polisi di Zahedan, ibu kota provinsi tersebut.

Zahedan, salah satu dari sedikit kota berpenduduk mayoritas Sunni di Iran yang mayoritas penduduknya Syiah, juga menjadi lokasi protes mematikan selama berbulan-bulan yang meletus pada September 2022 atas dugaan pemerkosaan terhadap seorang gadis remaja oleh seorang petugas polisi.

Bentrokan mematikan di kota itu terjadi ketika Iran menghadapi protes nasional menyusul kematian Mahsa Amini, seorang warga Kurdi Iran berusia 22 tahun yang ditangkap karena dugaan pelanggaran aturan berpakaian ketat bagi perempuan di republik Islam itu.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Terbaru! Iran Eksekusi Mati Agen Intelijen Mossad Israel


(luc/luc)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *